
Sekilas pertanyaan itu muncul dalam pikiran kita ketika kita membaca spanduk yang terpampang di dinding sisi kelas VII E. Spanduk bertuliskan “SMP Negeri 2 Kepanjen , Kelas Standar Cambridge International Examination binaan Universitas Negeri Malang “ itu sempat memunculkan polemic diantara warga sekolah. Sudah pantaskah SMP kita melangkah ke taraf internasional, sementara untuk status SSN saja kita belum mendapatkannya?
Untuk menjawab semua pertanyaan dan meluruskan semua pemikiran yang salah tentang persepsi itu, tim redaksi mencoba menemui dan wawancara langsung dengan ibu Woro Sulistyo YP, S.Pd atau yang sering kita sapa dengan Bu Tyas selaku Chief Executive Of Kepanjen T2EDI , lembaga yang melaksanakan program Qualifikasi CIE (Cambridge Internationan Examination) di SMP Negeri 2 Kepanjen. Mau tahu apa jawaban beliau….??? Nich, ikutin hasil wawancara kami…
“ Oh..bukan….itu bukan SBI” , itu jawaban spontan bu Tyas ketika kami menanyakan maksud isi spanduk itu. Program ini tidak mengharuskan peserta adalah siswa sekolah standar nasional. Semua siswa kelas VII SMP Negeri atau Swasta yang berminat, boleh mengikuti program ini. Bu Tyas (yang waktu itu bersama bu Rini, Bu Maria, dan Bu Nurul mengikuti diklat pengembangan kurikulum yang diadakan oleh Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang pada bulan Juli 2009), mendapatkan kepercayaan dan sertifikat dari lembaga T2EDI (Teacher Training Education And Development Institute) untuk membuka program qualifikasi guna mendapatkan sertifikat internasional dari Universitas Cambridge Inggris, di wilayah Kabupaten Malang . Secara kebetulan, karena bu Tyas adalah guru SMP Negeri 2 Kepanjen, maka sebagai langkah awal pembukaaan program ditawarkan kerjasama dengan SMP Negeri 2 Kepanjen dulu sebelum menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah lainnya. Jadi ini tidak berarti sekarang SMP Negeri 2 kepanjen menjadi Sekolah bertaraf Internasional, karena program qualifikasi CIE ini berbeda dengan SBI yang sudah kita kenal selama ini.
Perbedaan yang menyolok antara SBI dan qualifikasi CIE ini adalah kalau SBI program pembelajaran terintegrasi dengan pembelajaran di sekolah dan menggunakan kurikulum nasional, tetapi kalau CIE ini kurikulumnya mengikuti kurikulum Sekolah Menengah di Inggris. Dengan kata lain materi pelajaran CIE ini tidak sama dengan kurikulum Nasional kita. CIE ini termasuk Pendidikan Luar Sekolah, karena itu pembelajarannya diadakan sepulang dari sekolah regular. Buku-buku acuan yang digunakanpun dibeli dan dikirim langsung dari Cambridge. Harganya…? Berlipat-lipat dari buku paket pelajaran kita. Sekedar kita tahu aja, bahwa mathematic book seharga Rp. 158.000, Science book seharga Rp. 199.000, dan English book seharga Rp. 172.000. Wah…..mahal sekali ya…..dan ternyata salah satu kelebihannya (atau kekurangan bagi kita ya…?!) adalah buku ini gak bisa difotokopi alias dibajak. (ha..ha…ha). Untuk mengatasi hal ini maka guru pengajar CIE (kita kenal dengan istilah Tutor), harus kreatif dan rajin membuatkan rangkuman dan worksheet untuk siswa CIE karena tidak setiap siswa memiliki buku ini. Tapi dengan kerjasama yang baik dan loyalitas tutor yang tinggi, Bu Tyas yakin permasalahan buku akan bisa diatasi.
Kok hanya 3 buku yang dibeli bu? Begitu kami melanjutkan pertanyaan untuk menjawab keingintahuan …….
Ya, karena mata pelajaran yang disertifikasikan dalam program qualifikasi ini hanya Matematika, Science, dan Bahasa Inggris. Kalau ternyata dalam jadwal pelajaran ada materi TIK itu adalah materi tambahan dari SMP Negeri 2 Kepanjen sendiri. Pemberian materi itu untuk menunjang proses pembelajaran ketiga materi pokok yang disertifikasikan. Dalam pembelajarannya, dimungkinkan siswa harus mencari materi sendiri melalui internet, karena itu menurut Pak Agung Sutrisno, (Kepala SMP Negeri 2 Kepanjen sekaligus guarantor program CIE), siswa perlu diberikan tambahan materi pelajaran TIK.
Satu hal yang membuat bu Tyas agak khawatir adalah minimnya kemampuan berbahasa Inggris siswa. Padahal bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran sehari-hari. Untuk mengatasi hal itu, pelajaran bahasa Inggris disampaikan 2 kali dalam seminggu dengan guru yang berbeda. Tujuannya supaya siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris dengan maksimal.
Mengapa merasa tidak pantas dan takut mencoba? Begitu Bu Tyas balik bertanya kepada kami, ketika kami bertanya apakah siswa kita sudah pantas mengikuti program ini. Beliau mengatakan, jangan takut untuk mencoba dan untuk berubah. Sekecil apapun perubahan kalau itu memang untuk kebaikan dan kita bisa , mengapa tidak kita lakukan? Tantangan pro dan kontra jelas ada, tapi kalau kita berniat baik dan kerja iklas semata-mata untuk peningkatan mutu sekolah , beliau yakin bisa mengatasi semuanya. Yang penting semua harus kompak dan saling mendukung. Program ini bisa berhasil kalau komite sekolah, staf sekolah, guru, walimurid, dan siswa bisa bekerjasama dengan baik.
Menjawab pertanyaan tentang kesan eksklusif sarana kelas CIE, bu Tyas hanya tersenyum dan mengatakan. Kelas VII E yang berganti cat menjadi warna serba ungu dan dilengkapi dengan fasilitas TV, LCD, dan computer itu bukan khusus untuk CIE.
Itu adalah ruang media milik SMP Negeri 2 Kepanjen. Siapapun boleh menggunakan ruang itu untuk proses belajar mengajar. perbaikan dan fasilitas ruang itu merupakan hasil partisipasi walimurid dan dikerjakan oleh walimurid juga. Jadi jelas itu bukan kelas CIE, sehingga jangan sampai ada kecemburuan social yang terjadi dengan dimunculkannya kelas media itu. Kalau memang kelas yang lain ingin tampil seperti itu, maka masing-masing kelas bisa berkoordinasi dengan paguyuban walimurid kelas masing-masing. Mengapa kelas media digunakan CIE, Karena CIE adalah kelas standar internasional, ya memang selayaknya pembelajaran disampaikan menggunakan media canggih seperti itu, seperti yang dilakukan di sekolah bersatndar Cambridge lainnya.. Yang jelas, semua pelaksanaan program CIE di SMPN 2 Kepanjen ini tidak ngawur dan asal-asalan, semua berdasarkan MOU (kesepakatan) dengan pihak T2EDI dan Universitas Negeri Malang selaku Lembaga penyelenggara.
Mengenai siapa saja yang terlibat dalam CIE bu Tyas menyebutkan 90 % adalah guru kita sendiri. Cuma, karena sementara hanya dibuka 2 kelas CIE, yang terlibat juga hanya beberapa guru saja. Ada Bapak Drs. Sujana Ramdhan sebagai tutor Science, Ibu Muanayatul . Rosidah, S.Pd dan Ibu Dewi Aries Andriani, S.Si,, S.Pd, sebagai tutor bahasa Inggris, Drs. Sukarno A.W sebagai tutor TIK, dan Arifin, S.Pd (tutor tamu) sebagai tutor matematika. Tetapi suatu saat nanti semua tutor akan diisi oleh guru SMP 2 Kepanjen sendiri, kalau memang guru tersebut sudah mampu berbahasa inggris aktif.
Sementara di staf pengelola, bu Tyas menyebut nama Bpk Agung Sutrisno selaku guarantor, Bpk H. Sugiono, S.H (ketua komite) dan Bpk Riyanto, S.Pd sebagai advisor, Bu Tyas sendiri sebagai chief executive, Ibu Supadmi, S.Pd sebagai treasurer, dan Bapak Sutikno, S.Pd serta Bpk Andriono (Perwakilan walimurid klas VII) sebagai public Relation.
Berapa jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk program ini?........Ibu kita hanya tersenyum dan menjawab diplomatis. Jangan tanyakan biaya untuk sebuah cita-cita memajukan pendidikan……jangan diuraikan di sini, lebih baik berhubungan langsung dengan Ibu Supadmi selaku bendaharanya.
Menutup bincang-bincang dengan kami, bu Tyas mengatakan, bahwa melangkah dalam kebersamaan akan jauh lebih baik dan berarti daripada melangkah sendiri, karena itu beliau minta dukungan, bantuan, dan doa semoga program qualifikasi Cambridge International di SMP Negeri 2 Kepanjen angkatan pertama bisa berhasil dengan baik dan dapat mengangkat nama baik SMP Negeri 2 Kepanjen. And..so…yang paling akhir, beliau mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu terselenggaranya program CIE di SMP Negeri 2 Kepanjen. Good luck…….(Red)

Kepanjen, Sabtu, 24 Oktober 2009
Penandatanganan MOU Pembukaan Program Qualifikasi CIE di SMPN 2 Kepanjen, antara UM yang diwakili oleh Drs. Suprihantoro Saputro, M.Pd dengan SMP Negeri 2 Kepanjen oleh
Drs. Agung Sutrisno, disaksikan oleh Kadiknas Kab. Malang yang diwakili oleh Dra. H. Mamik Sri Utami, M.Si, Komite Sekolah oleh H. Sugiono, SH, dan Chief Executive T2EDI oleh : Woro Sulistyo YP., S.Pd,
0 komentar:
Posting Komentar